Minggu, 18 April 2010

..:: KELUARGA DISFUNGSIONAL ::..


Keluarga disfungsional adalah keluarga yang tidak berfungsi sebagaimana keluarga yang sehat seharusnya. Setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing di dalam keluarga itu sendiri. Di dalam keluarga disfungsional peran ini tidak dijalankan dengan semestinya, seperti misalnya, orang tua menjadi anak, anak menjadi orang tua, ibu menjadi ayah, ayah menjadi ibu, kakak menjadi adik, dll. 

Orang tua menjadi anak karena kurangnya kedewasaan dan ketidaksiapan untuk membentuk sebuah keluarga. Ibu menjadi ayah atau ayah menjadi ibu, bisa terjadi karena perpisahan, perceraian atau kematian salah satunya. Kakak menjadi adik dapat terjadi karena si kakak terlalu dimanja, misalnya karena sakit-sakitan waktu kecil atau ia adalah anak lelaki/perempuan satu-satunya.
Di dalam adiksi, keluarga yang tadinya fungsional pun akhirnya menjadi disfungsional, akibat dari ketidakwarasan yang muncul karena salah satu anggota keluarga menjadi pecandu. Si pecandu, apapun perannya dalam keluarga, tidak akan mampu untuk menjalani perannya dengan baik, karena ia terlalu disibukkan dengan adiksinya. Misalnya, orang tua yang seorang pecandu akan berperan sebagai anak sehingga tampak seperti "anak-anak yang bermain sebagai orang tua".
Ada suatu pola yang hampir selalu terulang dalam kehidupan keluarga itu dari generasi ke generasi. Penjelasan yang lebih lanjut mengenai hal ini dapat dilihat di Genogram. Seringkali dalam keluarga disfungsional juga terjadi domestic violence.
Sebuah keluarga disebut disfungsional bilamana;
Suatu kondisi mengganggu fungsi suatu keluarga yang sehat, seperti adanya pecandu di dalam keluarga.
Dalam setiap keluarga akan terdapat suatu periode waktu dimana fungsi keluarga akan terganggu karena adanya tekanan dari luar. 
Keluarga disfungsional yang parah mengakibatkan si pecandu semakin tidak terpenuhi kebutuhannya.
Salah satu perilaku negatif orang tua terhadap anak adalah mendominasi kehidupan anaknya.
Keluarga disfungsional juga memerlukan pemulihan, disamping pecandu itu sendiri. Sehingga bilamana pecandu tersebut kembali pada keluarga, keadaan yang lebih baik bisa tercipta.







..:: KELUARGA FUNGSIONAL ::..

Keluarga fungsional adalah:
Dimana setiap semua anggota keluarga melakukan fungsinya secara penuh dan hubungan antar seluruh keluarga berjalan baik.
Keluarga fungsional melibatkan hal-hal sebagai berikut :
Keluarga sebagai tempat pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Keluarga adalah sumber yang menyediakan kebutuhan emosional setiap anggotanya, termasuk keseimbangan antara otonomi dan ketergantungan juga masalah sosial dan seksual.
Menyediakan atau mencukupi pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota termasuk orangtua.
Tempat dimana pencapaian harga diri terjadi.
 Bagian besar dalam sosialisasi dan penting agar masyarakat dapat bertahan.
Ada 5 tahap kebebasan dalam keluarga :
  1. Kebebasan untuk melihat dan mendengar, menyadari apa yang ada di saat sekarang dan bukannya yang sudah lewat, akan datang atau yang seharusnya.
  2. Kebebasan untuk berpikir sendiri dan bukan apa yang seharusnya dipikirkan.
  3. Kebebasan untuk memiliki perasaan sendiri bukan apa yang seharusnya dirasakan.
  4. Kebebasan untuk menginginkan dan memilih apa yang diinginkan bukan apa yang seharusnya diinginkan.
  5. Kebebasan untuk membayangkan aktualisasi diri sendiri (pernyataan diri sendiri) dari pada memainkan peran yang kaku atau selalu menjaga agar tetap aman.
Berkelahi yang adil dalam keluarga adalah:
  1. Bersikap asertif (tidak perlu disuruh tetapi langsung dilakukan), menghargai diri dan jangan bersikap agresif.
  2. Bersikap tinggal di saat sekarang, hindari hitung-hitungan.
  3. Hindari menceramahi.
  4. Hindari menghakimi.
  5. Kejujuran perlu diterapkan dengan ketat.
  6. Jangan ribut soal detail.
  7. Jangan menyalahkan atau buang body.
  8. Dengarkan secara aktif sebelum merespon.
  9. Bertengkarlah tentang satu hal setiap saatnya.
  10. Kecuali kita dianiaya bertahanlah, ini sangat penting carilah solusinya bukan berusaha menjadi benar.
F : ive freedoms expressed (ke-5 diekspresikan).
U : nfolding process of intimacy (keintiman tetap terjaga).
N : egotiated differences (perbedaan-perbedaan dinegosiasikan).
C : lear and consistant communication (kunci komunikasi).
T : rusting (kepercayaan yang diciptakan dengan dasar kejujuran).
I : ndividuality (setiap anggota keluarga harus tetap menjadi diri sendiri).
O : pen and flexible (bersikap spontan tanpa harus malu).
N : eeds fulfilled (kebutuhan terpenuhi).
A : ccountability (perhatian atau saling mengetahui masalah masing-masing dan menyelesaikan bersama-sama).
L : aws are open and flexible : (peraturan dalam keluarga dan berani mengutarakannya).















..:: CO DEPENDENCY & CO ADDICT ::..

Apa sih co-dependency....?
Co-dependency adalah: Ketergantungan  emosional antara si pecandu dengan keluarganya begitu juga dengan sebaliknya.
Beberapa ciri dari orang Co- dependency :
  1.         People pleaser atau orang yang hanya menyenangkan hati orang lain.
? Tidak jujur ( dishonesty )
  Selalu melepaskan keinginan sendiri dan melakukan keinginan orang lain.
Cenderung menyembunyikan diri dari orang lain atau pasangan.
Tidak mau kelihatan siapa diri kita sebenarnya, tidak tampil apa adanya.
-  Beragumen tentang hal-hal yang tidak perlu, selalu meributkan masalah                              
   kecil dan selalu mencari korban untuk disalahkan.
-  Penolakan-penolakan
Orang lain jadi mensubyekkan kita menjadi orang yang mempunyai metode
Alasan yang tidak bisa ditebak, tidak mau mengakui dan pembelaan diri.
         2.      Perfeksionis :
Orang yang sifatnya Kompulsif ; ingin melakukan segalanya dengan sempurna
Biasanya orang-orang perfeksionis ini tidak mau mengakui dan menerima kesalahan.
Bagian-bagian dari Perfeksionis :
1.      Menutupi ketidak sempurnaan.
Kita menutupi kesalahan  dan menutupi ketidak sempurnaan kita dengan melihat orang lain.
2.      Rasa sakit dam rasa malu yang tidak perlu.
Dengan perilaku seperti ini kita bisa membuat orang-orang di sekitar kita
Mengalami kesedihan yang tidak perlu karena mereka harus menghadapi kita
Sewaktu kita mempunyai rasa sakit dan rasa malu yang tidak perlu dan tidak pada tempatnya.
3.      Menutup diri dari orang lain.
Perfeksionis dapat digunakan sebagai tembok untuk mempertahankan atau melindungi dari hubungan-hubungan sebenarnya di mana kita tidak nyaman dengan kekurangan-kekurangan kita.
3.           Berusaha keras untuk mendapatkan kekuasaan
Dalam berhubungan orang-orang ini selalu membuatnya seperti memperebutkan kekuasaan dan secara konstan atau terus menerus harus menang artinya bahwa orang-orang di sekitar kita harus mengeluarkan energi dan usaha untuk bertahan menghadapi kita.
4            Komitmen yang belebihan.
Ciri-cirinya adalah untuk memenuhi kebutuhan orang lain dan merasa tertantang, kita tidak menyadari kebutuhan kita sendiri, hanya untuk menyenangkan hati orang lain tetapi dengan cara itu kita akan lebih merasa kesepian dan sakit.
5.                 Penyakit fisik dan mental.
Sakit secara fisik dan mental yang akan menghasilkan depresi dan sensitif.
Secara fisik: hasil dari kedepresian dan kesensitifan yang ada di dalam dan kita cenderung tidak mempedulikan sehingga penyakit itu makin berkembang yang dapat menyebabkan penyakit alergi, kanker dan penyakit jantung.
              Secara mental: kita membiarkan orang lain menghabiskan waktu, energi                 dan materi, untuk membereskan dan menyelesaikan masalah kita.                                                             
6.     Bertahan dengan penganiayaan seksual dan kehilangan moralitas diri.
              Penganiayaan seksual secara fisik, mental, emosi dan spiritual yang                 hasilnya sama dengan people pleaser.
7.       Menyalahkan orang lain untuk realita kita dan mengambil tanggung jawab
dari realita orang lain.
Ciri-cirinya:
Kita selalu menyalahkan orang lain atas semua perasaan-perasaan kita, cara berpikir kita, perilaku kita atau cara kita berpenampilan. Sebaliknya kita harus
Bertanggung jawab atas perasaan-perasaan dan perilaku mereka.
8.     Ketidakmampuan untuk mengambil keputusan.
Dengan kerusakan atau ketidak beradaan batasan-batasan intelektual, kita mempunyai kesulitan yang besar dalam membuat keputusan tentang kejadian-kejadian yang terjadi setiap harinya dalam hidup kita.
  9.      Mendorong dan memaksa orang lain untuk menjadi kekuataan yang lebih besar kita.
Orang-orang Co-dependent ini selalu memaksa atau mendorong orang lain untuk membuat keputusan buat kita, tetapi kita selalu mengkritik dan mengeluh atas keputusan mereka, jika kita ditanya kembali tentang keputusan kita, kita menjawab tidak tahu. Tanggung jawab yang kita berikan kepada mereka untuk membuat keputusan mendorong atau memaksa mereka mengambil peran sebagai tuhan atau dewa di dalam suatu hubungan.
10             Kurangnya gairah.
Ciri-cirinya:
Tidak dapat mengekspresikan opini atau pendapatnya dan perasaan - perasaannya termasuk cinta dan juga kebahagiaannya juga emosi-emosi yang negatif, karena kita tidak bisa berhubungan dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan sebenarnya.
11.           Mengekspresikan perasaan secara meledak-ledak.
Ketidakmampuan untuk memiliki perasaan anda sendiri secara langsung membawa anda kesaat-saat di mana perasaan anda meledak. Sewaktu perasaan anda meledak dengan kekuatan besar disaat yang tak terduga orang-orang yang punya hubungan dengan anda tersakiti dan terkejut, menjadikan hidup bersama anda proses yang tidak mudah dan bahkan menakutkan.
12.            Mengkontrol realita orang lain
Ciri-cirinya:
Kita tidak bisa menerima bahwa pikiran kita tidak benar, sehingga membuat orang lain yang tidak setuju dengan kita menderita, membuat kita di mata orang lain selalu benar.
13.       Berbohong, tidak jujur, tidak bisa dipercaya.
Mencari kebohongan - kebohongan untuk menutupi suatu kejadian.
14.       Kelemahan ( menguasai orang lain dengan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan kita)
          Menempatkan beban yang besar dan tidak pada tempatnya pada orang lain di dalam Hidup kita untuk menuruti semua kebutuhan kita, suatu tanggung jawab yang seharusnya tidak dimiliki orang lain untuk memenuhi semua kebutuhan kita.
15.          Membatasi diri dan menjaga agar orang lain tidak ada yang masuk ke dalam hati kita.
        Menolak bantuan orang lain, meskipun kita tahu apa yang kita butuhkan kalaupun
        Kita mempunyai kebutuhan kita tidak mau menerima bantuan dari orang lain tetapi mencari jalan keluar sendiri.
16.       Perilaku sosial yang tidak pantas :
        Perilaku kita berpakaian di depan umum.
17.    Tidak bertanggung jawab:
         Co-dependent tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari, atau mampukah kita membuat suasana rumah menjadi menyenangkan. 
18.    Kehidupan seksual yang tidak memuaskan:
            Tidak pernah membicarakan apa yang diinginkan, tidak mengetahui             apa   masalahnya, atau tidak mau mencari tahu dari masalah tersebut dan membiarkan masalah tersebut menjadi berkelanjutan.
19.        Masalah keuangan :
             Tidak dapat mengontrol keuangan dan tidak dapat melihat prioritas utama dari pengeluaran ( besar pasak dari pada tiang ). Tidak adanya kemampuan untuk menangani atau mengontrol keuangan.
20.      Pemecahan masalah yang ekstrim :
           Tidak pernah membicarakan perasaan atau pemikiran kita yang sebenarnya dalam setiap berhubungan  dan tidak mau menyelesaikannya.
21.       Kurangnya keintiman :
            Setiap berhubungan kita tidak mempunyai kesempatan untuk menerima dan memberi keintiman pada orang lain.
22.       Perhitungan:
            Orang yang membuat kesalahan terhadap kita dan kita tidak langsung membicarakannya, melainkan kita mengungkit-ungkit kesalahan tersebut pada saat kita membuat kesalahan yang sama.
23.        Kecemburuan ( kombinasi rasa malu dan marah ) :
             Merasa bahwa orang lain lebih dari kita dan bahwa orang lain lebih menarik bagi pasangan kita. Dan hal ini juga menghambat kita merasa tenang dan kita juga tidak bisa berhubungan dekat dengan orang lain.
24.        Keterpusatan pada diri sendiri :
              Kita senang menyakiti perasaan orang lain dan kita maunya selalu  dimengerti, tetapi kita tidak mau mengerti orang lain ( hanya memikirkan diri kita sendiri ). Tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan orang lain.
25.        Manipulasi :
              Memaksakan kehendak pada orang lain dan membuat orang lain percaya akan apa yang kita kehendaki.
26.        Selalu menganggap dirinya benar :
              Kita tidak menerima diri kita salah walaupun kita memang membuat kesalahan, dan kita akan memperdebatkan tentang hal itu.
27.          Kecacatan karakter Yang lain :
               Selain hal-hal tersebut diatas kita juga dapat melihat kecacatan karakter kita yang lain : contohnya ; Ketidakjujuran, mengasihani diri sendiri, keinginan untuk mengontrol, iri hati.
Ada lima hal atau gejala yang harus kita lakukan, harus kita kerjakan agar dapat pulih dari Co-dependency :
  1. Harga diri atau percaya diri yang datang dari dalam.
  2. Batas-batas yang jelas dan dapat bekerja.
  3. Kemampuan untuk memiliki realita kita sendiri.
  4. Kemampuan untuk mengenali, memenuhi kebutuhan, dan memenuhi keinginan kita sendiri.
  5. Menjalani hidup secara moderat ( secukupnya atau tidak kurang, tidak lebih )
Dasar pertama yang harus kita lakukan untuk menciptakan percaya diri adalah :
   Sewaktu kita mulai menyadari nilai-nilai kita sendiri kita mulai dapat memasang batasan-batasan, karena kita  tahu bahwa kita cukup berharga untuk dilindungi. Dengan batasan-batasan yang lebih sehat untuk mempertaruhkan atau menghadapi resiko untuk memiliki pemikiran, perasaan, dan sikap kita sendiri. Karena kita dapat melindungi diri kita sendiri dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain. Dan kita juga dapat mengendalikan diri kita sendiri untuk tidak mengontrol orang lain. Jika kita lebih berhubungan dengan realita kita maka kita akan lebih menyadari siapa diri kita sebenarnya dan dapat mentoleransi ketidak sempurnaan diri kita  sendiri. Dan kita dapat mulai untuk mengalami dan mengekspresikan realita secara moderat dan berhenti bertindak secara ekstrim.

Ada dua kunci untuk dapat mengerjakan lima hal diatas:
  1. Kerjakan satu per satu sesuai dengan urutannya.
  2. Meskipun konsekuensi dari gejala-gejala kita lebih mudah diidentifikasi, fokuskan pada pemulihan dan gejala-gejala itu karena hal ini membawa pada perkembangan pada konsekuensi-konsekuensi itu. Lebih tekankan pada gejala inti dan fokuskan pada bagaimana mereka menciptakan konsekuensi-konsekuensi yang tidak terkendali. Kita akan melihat bahwa ada perkembangan dengan kita mulai pulih dari gejala inti itu.
Tanda-tanda Co-Dependency:
  1. Perasaan saya menjadi baik jika (bergantung kamu menyukai saya.).
  2. Perasaan saya menjadi baik jika (bergantung mendapat persetujuan kamu).
  3. Sikap berontak kamu mempengaruhi kedamaian dan ketenangan saya, perhatian mental saya selalu terfokus pada menyelesaikan masalah kamu dan problem kamu atau melepaskan rasa sakit kamu.
  4. Perhatian saya selalu terfokus untuk menyenangkan kamu.
  5. Perhatian mental saya terfokus untuk melindungi kamu.
  6. Rasa percaya diri saya berkembang pada saat saya menyelesaikan masalah kamu.
  7. Rasa percaya diri saya dan perasaan baik saya berkembang dengan melepaskan seluruh rasa sakit kamu.
  8. Hobi dan minat saya dikesampingkan, hampir seluruh waktu saya habiskan untuk sharing tentang hobi dan minat kamu.
  9. Pakaian dan penampilan mendikte hasrat saya seolah-olah saya merasa bahwa kamu adalah refleksi dari saya.
  10. Tingkah laku kamu mendikte hasrat saya seolah-olah saya merasa bahwa kamu adalah refleksi dari saya.
  11. Perhatian mental saya terfokus untuk memanipulasi kamu dengan cara saya.
  12. Saya tidak waspada terhadap perasaan saya, saya waspada terhadap perassan kamu.
  13. Saya tidak waspada terhadap apa yang saya mau, saya tanya apa yang kamu mau, saya tidak waspada, saya hanya berasumsi.
  14. Mimpi-mimpi yang saya miliki untuk masa depan saya terikat pada kamu dan mimpi kamu.
  15. Rasa takut saya akan penolakan ditentukan apa yang saya katakan dan lakukan.
  16. Rasa takut saya kepada kemarahan kamu menentukan apa yang saya katakan dan lakukan.
  17. Saya menggunakan 'memberi pada kamu' sebagai cara utnuk merasakan dalam hubungan kita.
  18. Lingkungan sosial saya hancur pada saat saya berinteraksi dengan kamu.
  19. Saya menyingkirkan nilai-nilai saya hanya untuk merasa aman dan berhubungan baik dengan kamu.
  20. Kita lebih menghargai pendapat kamu dan cara kamu melakukan sesuatu dari pada pendapat dan cara saya.
  21. Kualitas kehidupan saya bergantung pada kualitas kehidupan kamu.
  22. Menyenangkan kamu lebih penting dari pada menyenangkan diri saya.
  23. Saya bertanggung jawab.
  24. Apapun yang saya katakan dan lakukan tidak pernah 'cukup baik' untuk saya dan orang lain.
  25. Saya tidak percaya pada diri saya sendiri untuk membuat keputusan sebagaimana mestinya, saya percaya keputusan kamu dari pada keputusan saya.
Co-Dependency = Look at how you 'please' others.
How can we stop being co-dependent?
Recognize what you co-dependent on.
Co- dependency merupakan salah satu alasan pendukung yang menyebabkan pecandu sulit untuk berhenti. Dia selalu menganggap enteng semua masalah yang berhubungan dengan penggunaannya karena merasa selalu ada orang yang siap berkorban untuk melindunginya.
Seorang pecandu adalah manipulator yang ulung. Dia selalu berusaha membuat orang-orang di sekelilingnya terutama keluarga, baik secara sadar maupun tidak sadar, bergantung kepadanya.
Inilah alasan mengapa dalam proses pemulihan keluarga si pecandu perlu mendapat pengarahan/bimbingan tentang bagaimana cara memperlakukan pecandu atau sering disebut After care. Co - addict harus berani mengatakan tidak / tap love terhadap permintaan yang tidak rasional dari si pecandu untuk memutuskan rantai co - dependency.
Apakah Anda Ko-Dependen dan Ko-Adiksi?
NO
Pertanyaan
Ya
Tidak
  1.  
Aku merasa senang dan suka pada diri sendiri karena kau 'suka' kepadaku. Perasaanku teragantung dan disebabkan suka tidaknya engkau padaku.
 
 
 
  1.  
Aku merasa senangdan suka kepada diri sendiri karena kau 'memuji' diriku. Perasaanku tergantung pada apakah kau menyetujui apa yang kulakukan.
 
 
 
  1.  
Perjuanganmu mempengaruhi ketenangan dan kedamaian pikiranku. Perhatian mentalku selalu terpusat pada pemecahan masalahmu atau mengurangi rasa sakitmu.
 
 
 
  1.  
Fokus perhatian mentalku adalah memikirkan cara utnuk "membuatmu senang".
 
 
 
  1.  
Fokus perhatian mentalku adalah memikirkan cara untuk 'melindungi' bagaimana juga caranya, setuap saat.
 
 
 
  1.  
Nilai diriku meningkat bila aku mampu memecahkan masalahmu.
 
 
 
  1.  
Nilai diriku meningkat bila mampu membebaskan dari rasa sakitmu.
 
 
 
  1.  
Hobi dan hal-hal yang kuminati adalah nomor dua. Sebagian besar waktuku habis untuk hobi dan minatmu.
 
 
 
  1.  
Pakaian dan penampilan pribadimu menggambarkan keinginanku, karena aku aku measa bahwa kau adalah cerminan dari diriku.
 
 
 
  1.  
Perilaku didekti oleh keinginanku, karena kau adalah cerminan dari diriku.
 
 
 
  1.  
Perhatian mentalku adalah untuk 'memanipulasi' dirimu, supaya kau akan melakukan hal-hal sesuai deangan caraku.
 
 
 
  1.  
Aku tidak sadar akan perasaanku, tetapi aku menyadari perasaanmu.
 
 
 
  1.  
Aku tidak menyadari apa yang sesungguhnya aku inginkan. Aku selalu bertanya apa yang kau inginlkan. Aku tidak menyadari, aku cuma mengambil asumsi.
 
 
 
  1.  
Impianku akan masa depanku, terkait dengan dirimu dan impiianmu.
 
 
 
  1.  
Rasa 'takut' ditolak' oleh lingkungan menentukan apa yang aku katakana atau lakukan.
 
 
 
  1.  
Takutku akan kemarahanmu, menentukan apa yang aku katakan atau lakukan.
 
 
 
  1.  
Aku menggunakan 'memberi kepadamu' sebagai acara untuk merasa aman dalam hubungan kita.
 
 
 
  1.  
Lingkup sosial saya semakin menyempit dengan semakin terlibatnya aku dengan dirimu.
 
 
 
  1.  
Aku mengesampingkan nilai-nilai pribadiku agar dapat merasa diterima dan dapat merasa aman dalam hubungan dengan dirimu.
 
 
 
  1.  
Aku menghargai pendapatmu dan caramu melakukan segala hal, lebih dibandingkan caraku sendiri.
 
 
 
  1.  
"Kualitas" kehidupanku berhubungan langsung dengan 'kualitas' kehidupanmu.
 
 
 
  1.  
Membuatmu senang lebih penting dibandingkan membuat diriku sendiri senang.
 
 
 
  1.  
Aku bertanggung jawab atas segala yang terajadi di dalam hubungan kita.
 
 
 
  1.  
Tidak peduli apa yang kukatakan atau kulakukan, apa yang kulakukan 'tidak pernah cukup baik' bagi diriku sendiri maupun untuk orang lain.
 
 
 
  1.  
Aku tidak percaya aku mampu mengambil tindakan yang tepat. Aku lebih mempercayai keputusanmu lebih di atas keputusan pribadiku.
 
 
 
Bila Anda menjawab YA pada dua pertanyaan atau lebih, Anda menunjukkan gejala ko-dependen.



























Adiksi
Sebagian besar dari anda saat ini, dengan hati yang hancur tidak memperoleh pelajaran yang sangat berat dan sulit yang dibawa dan diajarkan oleh adiksi (kecanduan). Yaitu bahwa "ADIKSI ADALAH SUATU PENYAKIT KELUARGA". Bila salah seorang dari keluarga menjadi seorang pecandu (addict), seolah-olah seluruh anggota keluarga menjadi co-addict.
Adiksi adalah suatu "mimpi buruk yang nyata, rumit dan membingungkan". Yang merasuk nafas kehidupan dari seluruh keluarga, secara terus menerus tanpa hentinya dan lebih mengerikan bahwa seakan-akan tidak ada jalan keluar sama sekali dari ketakutan yang sangat mencekam, frustrasi dan amarah yang dibawa oleh adiksi ke dalam jiwa keluarga. Beberapa waktu lalu semua kelihatan baik-baik saja, namun tanpa disadari keesokan harinya berubah.
Adiksi merubah semuanya... dimana ayah dan ibu yang dulunya menjadi "kepala keluarga yang dihormati" oleh seluruh keluarga, mendadak menjadi hilang hanya dalam sekejap. Dan kedua peran tersebut digantikan oleh pecandu dan adiksi. Adiksi saat ini "menjajah dan mengendalikan" rumah anda. Semuanya, seluruh keluarga segera bagaikan "lingkaran, bingung dan takut" yang mengelilingi dan menghantui kegiatan dan kebiasaan (habit) pecandu.
Ayah seringkali menjadi marah dan menjauh dan tidak lagi mau berurusan dengan pecandu ataupun masalah dalam keluarga. Ibu menjadi hancur hatinya dan merasa bersalah dan juga seringkali merasa sebagai yang paling bersalah atas adiksi putra dan putrinya dirumah. Ibu berpikir: "kesalahan apa yang telah saya perbuat sehingga menyebabkan mimpi buruk adiksi masuk ke rumah kami?" Di dalam keluarga, semua perhatian dicurahkan kepada pecandu. Anak-anak yang lain telah kehilangan ayah dan ibunya karena pecandu dan adiksi dan baik ayah maupun ibu tidak lagi mau mendengarkan mereka jika mereka mencoba memberikan saran untuk membantu keadaan.
Seluruh keluarga menjadi "jauh, kehilangan arah dan terasingkan" dari satu sama lainnya "Stres" di dalam keluarga tumbuh menggerogoti, sehingga setiap anggota keluarga secara menyedihkan sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Ibu dan ayah tidak lagi menjadi "teman di dalam kamar tidur mereka", anak-anak lain yang bingung mulai menghadapi masalah di sekolah, di tempat kerja dan hubungan dengan teman-temannya "bahkan anak-anak kecil, kakek-nenek, paman-bibi, sepupu semuanya hanyut terbawa ke dalam. "Mimpi buruk yang gila"... dan semua terkena dampak negatifnya. Perasaan dan emosi semuanya berputar bersama awan hitam mengelilingi keluarga adiksi dan pecandu.

   Jika pecandu senang sehari, seluruh keluarga senang sehari,
   Jika pecandu cemas sehari, seluruh keluarga cemas sehari,
   Jika pecandu tersinggung sehari, seluruh keluarga mudah tersinggung sehari,
   Jika pecandu marah sekali dalam sehari, seluruh keluarga marah sehari,
   Jika seluruh keluarga "kelihatannya" baik-baik, keesokan harinya seluruh keluarga tidak baik.
(Hal ini dikenal sebagai keluarga co-addict dan keluarga saling bergantungan.)
Semua pecandu selalu berjanji untuk baik, menghentikan "masalah", mengendalikan adiksi untuk benar-benar berhenti hari ini, semuanya kelihatan baik-baik saja untuk sehari atau dua hari. "Semua kelihatan lebih baik, seperti waktu dahulu. Semua "mencoba" percaya bahwa kehidupan dan semuanya sedang menyesuaikan diri dan akan segera membaik, namun secara tidak terduga kembali menggunakannya dan mulailah mimpi buruk tersebut terulang kembali. dan sudah terjadi berulang-ulang. Pecandu selalu "berhenti", namun tidak pernah terjadi...!
Ini adalah kehidupan adiksi...! Ini "adalah" mimpi buruk adiksi yang terus berlangsung...
"Adiksi" tidak berubah...demikianlah "adiksi" adanya dan adiksi menjadi lebih buruk seperti yang telah anda ketahui !!
Hanya ada semakin banyak "janji" yang diingkari dan permasalahan yang semakin besar di dalam rumah yang dihuni adiksi...!

"Semua pecandu adalah pembohong dan pencuri, jangan pernah mempercayai pecandu"
Ini adalah "aturan main" yang pertama dan sesuatu yang "harus dipelajari dan diingat" jika anda ingin memahami mimpi buruk dunia adiksi. Anda tidak mempunyai pilihan lain selain belajar tentang kebenaran ini, bahwa jika "Anda sejujurnya ingin membantu diri Anda sendiri dan keluarga Anda untuk pulih dari penyakit "adiksi".