Senin, 19 April 2010

KELUARGA DAN SEKOLAH BERPERAN PERANGI NARKOBA


Oleh: Khairul Ardi Lubis


Satu persatu korban berjatuhan baik yang sekarat atau pun mati akibat overdosis akibat penyalahgunaan narkotik dan obat berbahaya (narkoba), ditambah lagi jenis psikotropika seperti  shabu- shabu dan ectasy. Di perkirakan korban akan terus meningkat, seiring dengan semakin meningkatnya peredaran gelap dari barang haram tersebut.
            Zat- zat yang semestinya di gunakan untuk kepentingan pelayanaan kesehatan atau ilmu pengetahuan telah disalahgunakan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab demi memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibat yang dapat merugikan baik terhadap masyarakat maupun bangsa dan negara.
            Penggunaan narkoba ini ternyata  makin banyak dikonsumsi oleh kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa. Artinya, peredarannya sudah semakin meluas ke sekolah- sekolah, kampus, maupun ke kampung- kampung, tidak terkecuali tingkat sekolah dasar.
            Kalau dulu penggunanan narkoba cenderung oleh anak- anak dari keluarga bermasalah, sekarang ini tidak pandang bulu anak dari keluarga baik- baik pun rentan terpengaruh terhadap narkoba. Sudah banyak bukti, baik karena dijebak oleh temannya atau iseng- iseng mencoba. Disamping para pengedarnya yang begitu pandai mencari konsumen narkoba tersebut. Hampir setiap hari media cetak dan elektronik memberitakan  jatuhnya korban dan tertangkapnya tersangka pengedar dan pemakai narkoba di tengah- tengah masyarakat.
            Meningkatnya pemakaian narkoba tidak terlepas dari peredaran yang begitu gencar dan sudah semakin meluas ke sekolah- sekolah, kampus dan pedesaan. Negara kita bukan lagi negara transit tetapi sudah menjadi target pemasaran narkoba. Bahkan sudah terdaftar sebagai negara produsen. Sejumlah  jenis obat psikotropika seperti pil ektasi dan shabu- shabu sudah diproduksi dan diramu di negeri kita ini.
            Peredaran dan penyalahgunaan narkoba entah itu shabu- shabu, putau, inex atau jenis lain memang sudah sangat mengkhawatirkan. Pengedarnya pun sudah mulai beragam. Mulai dari pedagang profesional hingga amatiran, dari kalangan remaja pengangguran, pelacur, mahasiswa dan dari kalangan lainnya tanpa memandang status sosial.
            Lebih memprihatinkan lagi narkoba ini tidak hanya beredar di daerah perkotaan saja, fakta menunjukkan bahwa peredaran barang haram tersebut sudah sedemikian terbuka dan meluas hingga ke daerah pinggiran bahkan ke desa- desa yang jauh dari keramainan kota.

Peran Keluarga
            Karena sudah begitu meluasnya jaringan peredaran dan penyalahgunaan narkoba dan yang menjadi korban kebanyakan dari generasi muda, maka psikiater Prof. DR dr Dadang Hawari mengingatkan bahwa anak sebagai amanat Allah, kewajiban orangtua, guru, tokoh masyarakat adalah menjaga dan melindungi putra- putri kita agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi anak yang sholeh, jangan sampai anak- anak kita terkena penyakit narkotika sehingga layu sebelum berkembang atau bahkan mati sia- sia.
            Prof Dadang Hawari mewanti- wanti kepada para orangtua untuk mengenali perubahan perilaku anaknya. Bila anaknya yang tadinya taat beribadah suda mulai meninggalkan ibadah bahkan cuek atau acuh. Mulai membolos sekolah sampai berhari- hari. Kadang- kadang  anak tersebut kelihatannya berangkat ke sekolah dan pulang tepat waktu tetapi ternyata tidak masuk sekolah. Begitu juga banyak anak yang semula jujur menjadi pembohong luar biasa, juga anak yang tadinya betah di rumah, maunya keluar rumah terus menerus. Perubahan seperti ini bisa jadi mereka sudah terpengaruh narkoba.
Perubahan yang lebih mengkhawatirkan lagi yang  terjadi pada anak- anak ini juga seringkali terlibat pergaulan bebas karena fungsi kontrol dirinya sudah lepas, sudah tidak tahu lagi mana yang haram mana yang halal. Baik buruk, suka tidak suka. Bagi yang kecanduan demi memenuhi suplai narkoba tidak segan- segan menjual barang orang, pinjam uang kesana kemari, mencuri dan tindakan kriminal lain. Jangan heran bila anak yang sudah kecanduan, barang- barang di rumah habis dijualnya. Yang jelas perubahan mereka sangat berubah sekali. Ini disebabkan dipengaruhi oleh narkoba.
Sangat disesalkan kenapa banyak orangtua yang tidak tahu bahkan  kecolongan. Mungkin karena kesibukan atau kurangnya perhatian orangtua dalam mengikuti perkembangan anaknya.   Dadang berpendapat perlu disosialisasikan bahwa narkoba itu haram hukumnya dari segi agama, dan melanggar undang- undang. Hal itu ditanamkan terus sejak dini di rumah, sehingga anak tidak akan mudah terjebak, meski pun narkoba beredar di mana- mana.
            Disarankan, orangtua harus tahu apa itu narkotika atau ganja misalnya, dan  jangan sampai mendapati benda- benda aneh di kamar anaknya tetapi tidak tahu bahwa itu narkotika, bisa celaka. Sebaiknya para orangtua harus mengetahui ciri anak yang sudah mengisap ganja. Anaknya  menjadi malas, suka bengong, suka melamun, menyendiri, jiwanya seakan mendengar ada halusinasi, merasa dirinya berubah dan tidak heran tertawa sendirian. Begitu juga patut dicurigai bila anaknya marahan di rumah  apalagi kamarnya penuh asap.
            Pengaruh narkoba begitu hebatnya, orang bisa langsung kecanduan. Menurut Dadang karena sifat narkoba tersebut menimbulkan rasa keinginan yang luar biasa. Makin lama dikonsumsi maka makin sering keinginanaya untuk mengkonsumsi narkoba itu dan dosisnya makin naik. Kalau suplainya terlambat akan menyebabkan gelisah dan mengamuk. Hanya ada dua kemungkinan bagi orang yang tidak mau berhenti, ditangkap polisi karena melangkar hukum atau mati karena overdosis.

            Dalam penyembuhan pecandu narkoba hanya dengan terapi medis saja tanpa doa dan zikir itu tidak cukup. Sebaliknya juga tidak efektif. Yang baik adalah digabung keduanya. Sebelum direhabilitasi di pesantren atau lembaga- lembaga rehabilitasi, diobati dulu, dihilangkan dulu racun narkobanya.
            Pemakai narkoba ini pada umumnya sangat beragam, ada yang datang dari keluarga baik- baik maupun sebaliknya. Apalagi keluarga broken home, dari anak baik- baik juga bisa kena. Biasanya terjadi malapetaka tersebut di sebabkan kurangnya informasi dari orangtuanya mengenai bahaya narkoba. Mereka lugu dan polos tidak tahu kalau dirinya dijebak dan dibujuk, selain itu ada juga yang mula- mula terdorong oleh rasa ingin tahu lalu coba- coba kemudian berkembang menjadi kecanduan.
            Tetapi pada umumnya kecanduan narkoba tidak pandang bulu, semuanya orang bisa kena, orang kaya, miskin, menengah, anak dokter, anak kiayi, anak pejabat, anak polisi dan lain lain. Sekarang sudah campur aduk. Narkoba sudah dijadikan gaya hidup getrend, pada hal kita tahu bahwa apabila hubungan keluarga tidak  baik maka resiko anak untuk terkena narkoba 7-8 kali lebih tinggi daripada keluarga yang harmonis. Oleh karena itu perlu diciptakan keluarga sakinah.
            Kita menilai narkoba sebagai musibah yang melanda keluarga Indonesia, karena begitu cepat peningkatannya terkesan ada unsur rekayasa oleh pihak- pihak tertentu yang ingin menghancurkan potensi generasi muda Indonesia dan tidak ingin melihat Indonesia maju, tetapi sulit membuktikannya.
            Walaupun begitu mereka menggunakan maupun yang sudah kecanduan bisa bangkit untuk sembuh dari dirinya sendiri. Selain itu kembali kepada ajaran Tuhan, juga tidak terlepas dari peran kepada orangtua dan guru kalau di ketahui anaknya memakai narkoba sebaiknya jangan dimarahi, tetapi dibujuk agar mau di obati, dan orangtua tetap memberikan kasih sayangnya. Sebab dengan pengakuannya itu sudah merupakan penyesalan dirinya karena sudah terjerumus kelembah hitam.
            Anak- anak yang tidak mendapatkan suasana nyaman dan hangat di rumah, tidak mendapat kesempatan untuk berdialog dengan orangtuanya karena alasan sibuk maka akibatnya anak akan terkena narkoba baru kemudian  diperketat agar anak- anak tetap tinggal dirumah.
            Tidak ada cara lain, jika orangtua tidak ingin melihat anak- anaknya terjerumus narkoba, harus dijaga hubungan baik dengan anak- anaknya. Ciptakan kehangatan keluarga ada keterbukaan agar anak dapat bercerita apa adanya tentang dunianya. Dengan begitu orangtua bisa mengontrol mereka setiap hari. Komunikasi yang aktif antara orangtua dan anak merupakan salah satu langkah yang efektif untuk mengantisipasi anak agar tidak terkontaminasi dengan narkoba.

Sekolah Harus Berperan
Untuk penanggulangan penyalahgunaan narkoba tidak bisa hanya diharapkan peran keluarga saja, tetapi sekolah dimana anak menimba ilmu harus juga aktif berperan menjauhkan anak dari penyalahgunaan narkoba. Sekolah sangat diharapkan mempunyai metode tersendiri agar anak didik jauh dari narkoba, karena penyalahgunaan narkoba bukan saja didapat dari lingkungan rumah tapi juga bsa di dapat dari lingkungan sekolah.
Untuk mencegah inilah peran sekolah sangat dibutuhkan dengan memberikan berbagai informasi narkoba kepada siswa dan siswinya. Berkenaan dengan panggulangan narkoba ada sebuah model yang dilaksanakan khusus bagi siswa-siswi untuk menjauhkan mereka dari penyalahgunaan narkoba, bisa saja melalui out door education. hal ini dilaksanakan dengan melihat langsung ke tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba, di sana dilaksanakan diskusi dengan konselor/ petugas, pasien yang dirawat. Kemudian siswa bertugas mencatat dan mempersentasikan apa yang didapatkannya sekembalinya di sekolah.
Out door education merupakan salah satu cara yang efektif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa, ini disebabkan siswa melihat secara langsung sebab akibat dari penyalahgunnan narkoba yang membawa petaka bagi setiap ummat. Dengan cara belajar seperti ini membuat siswa lebih memahami secara baik apa yang dimaksud dengan narkoba dan penyalahgunaannya. 
Jika siswa berkunjung ke pusat rehabilitasi narkoba, mereka selalu di beri materi tentang apa itu narkoba, dan sarana apa yang ada di Pusat Rehabilitasi tersebut. Yang lebih menarik adalah para pemberi materi adalah mantan dari penyalahgunaan narkoba seperti  yang dilakukan di Pusat Rehabilitasi narkoba Sibolangit Centre di Sibolangit. Ternyata metode ini lebih disukai dan digemari siswa karena berhubungan langsung dengan pengalaman nara sumber itu sendiri.
Cara ini membuat siswa lebih leluasa menanyakan tentang narkoba kepada mantan pemakai dan suasana keakraban antar siswa dan pasien, ibarat bertanya seorang adik kepada abangnya. Sehingga menambah wawasan bagi siswa dan mencegah pennyalahgunan narkoba minimal untuk dirinya dan keluarganya.
Selain metode out dor education bisa juga mengadakan seminar dan pelatihan peer educatoor atau pendidik sebaya agar sesama siswa menjadi teman curhat yang memberikan solusi terbaik sesama mereka, sehingga penyalahgunaan narkoba bisa di minimalisir.
Banyak hal yang dilakukan sekolah agar siswa- siswi mengerti permasalahan narkoba misalnya memberikan materi narkoba bagi siswa- siswi  baru sewaktu Masa Orientasi Siswa berlangsung juga memberikan wacana bagi anak didik tentang permasalahan narkoba.